Do'a ku untukmu Nak
Sudah larut malam, tidur dan bermimpilah !!!
Kau tau bunda
Bagaimana bisa aku memejamkan mata
sedangkan pembaringan yang akan aku tiduri ini
adalah kehampaan
Kau tau bunda
malam yang tinggal seperempat ini begitu dingin
sedangkan ketakutan tebal menyelimuti setiap asaku
bisakah aku terlelap dengan selimut yang seperti itu
Bunda kau
dikala terjaga ku ceritakan semua mimpi yang hadir
tapi malam ini aku berharap tak ada mimpi malam ini
Karena mimpi dan impian terbesarkanku belum ku raih
"aku belum bisa membahagiakan dan membanggakanmu"
Kau tau Nak
disaat aku berkata sudah larur, tidur dan bermimpilah
disana aku telah menyelipkan do'a diantara kata itu
anggun kurnia
Selasa, 23 Desember 2014
Minggu, 30 November 2014
untukmu Bunda
Bunda
Engkau hawa yang berulang alik
antara safa dan marwa
mendaki kegelisahan akan hausnya
khabar baik
perintah dari-Nya kepada baginda
untuk menguji kita Ibu dan anak
dihamparan pasir yang luas
sesekali ditiup angin
hingga perihnya mata saat dibuka
Tapi disini
aku bukan Ismail
yang berdiam tidur di atas tanah
melainkan aku adalah
kekuatan yang dirim oleh-Nya
untuk mengganti air matamu
menjadi sebuah kurma
Engkau hawa yang berulang alik
antara safa dan marwa
mendaki kegelisahan akan hausnya
khabar baik
perintah dari-Nya kepada baginda
untuk menguji kita Ibu dan anak
dihamparan pasir yang luas
sesekali ditiup angin
hingga perihnya mata saat dibuka
Tapi disini
aku bukan Ismail
yang berdiam tidur di atas tanah
melainkan aku adalah
kekuatan yang dirim oleh-Nya
untuk mengganti air matamu
menjadi sebuah kurma
puisi
Sang Pencari Jawaban
Hati yang lama membingkai rindu
kembali berharap temukan kata
"cinta"
yang pernah terucap dipantai ini
Kisah usang yang sulit terlupa
seakan semuanya memeluk duka
mengingat cerita asmara terindah
dipanggung ini
Namun tak lagi kudengarkan
nyanyian ombak menghempas
kerasnya karang hati
hanya bisa meludahi wajah penuh murka
dipinggir samudra cinta
mengapa
mengapa kau merenggutnya disisiku
yang tak lelah menemaniku
melihat burung camar meliuk terbang diatasmu
mengapa
mengapa kau membandingkan kilauan pasirmu
dengan setetes air bening disudut mataku
yang menyimpan sejuta impian bersamanya
mengapa
kau selalu membisu atas pertanyaan dariku
sedangkan senja telah lama berlalu
dan purnama begitu angkuh
bertahta dilangitmu
haruskah ku kayuh biduk yang lapuk
untuk arungi duka yang menghimpit
mungkinku temukan itu
dari sesosok putri ditengah sana
Hati yang lama membingkai rindu
kembali berharap temukan kata
"cinta"
yang pernah terucap dipantai ini
Kisah usang yang sulit terlupa
seakan semuanya memeluk duka
mengingat cerita asmara terindah
dipanggung ini
Namun tak lagi kudengarkan
nyanyian ombak menghempas
kerasnya karang hati
hanya bisa meludahi wajah penuh murka
dipinggir samudra cinta
mengapa
mengapa kau merenggutnya disisiku
yang tak lelah menemaniku
melihat burung camar meliuk terbang diatasmu
mengapa
mengapa kau membandingkan kilauan pasirmu
dengan setetes air bening disudut mataku
yang menyimpan sejuta impian bersamanya
mengapa
kau selalu membisu atas pertanyaan dariku
sedangkan senja telah lama berlalu
dan purnama begitu angkuh
bertahta dilangitmu
haruskah ku kayuh biduk yang lapuk
untuk arungi duka yang menghimpit
mungkinku temukan itu
dari sesosok putri ditengah sana
Selasa, 19 Juni 2012
renungan dua mata uang
Uang Rp 1000 & Rp100.000 sama2 terbuat dr kertas, sama2
dicetak & diedarkan oleh BI. Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah
dari Bank dan beredar dimasyarakat.
4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja
didlm dompet seorang pemuda. Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah
percakapan. Yg Rp 100.000 bertanya kpd Rp 1.000, "Knp badan km begitu
lusuk, kotor dan bau amis?" Rp. 1.000 menjawab, "Karena aku begitu
keluar dari Bank langsung ditangan orang2 bawahan dari tukang becak, tukang
sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis" Lalu Rp.1000. Bertanya balik
kpd Rp 100.000, "Knp km kelihatan begitu baru, rapi dan masih
bersih?" Dijawabnya, "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung
disambut perempuan cantik, & beredarnya pun di restoran mahal, di mall
& jg hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar
dari dompet"
Lalu Rp 1000 bertanya lg, "Pernahkah engkau mampir di
tempat ibadah?" Dijawablah, "Belum pernah" Rp 1000 pun berkata
lg, "Ketahuilah walaupun aku hanya Rp 1.000, tetapi aku selalu mampir di
rumah TUHAN dan ditangan anak2 yatim, bahkan aku selalu bersyukur kpd TUHAN.
Aku tdk dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat"
Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa besar, hebat,
tinggi tetapi tdk begitu bermanfaat selama ini. Jd bukan seberapa besar
penghasilan kita, tetapi seberapa bermanfaat penghasilannya dipakai utk
memuliakan TUHAN dan sebagai Channel of blessing bagi orang yg tdk mampu.
Karena kekayaan bukanlah utk kesombongan!!
Langganan:
Postingan (Atom)