Selasa, 23 Desember 2014

Do'a  ku untukmu Nak


Sudah larut malam, tidur dan bermimpilah !!!

Kau tau bunda
Bagaimana bisa aku memejamkan mata
sedangkan pembaringan yang akan aku tiduri ini
adalah kehampaan
Kau tau bunda
malam yang tinggal seperempat ini begitu dingin
sedangkan ketakutan  tebal menyelimuti setiap asaku
bisakah aku terlelap dengan selimut yang seperti itu
Bunda kau
dikala terjaga  ku ceritakan semua mimpi yang hadir
tapi malam ini aku berharap tak ada mimpi malam ini
Karena mimpi dan impian terbesarkanku belum ku raih
"aku belum bisa membahagiakan dan membanggakanmu"

Kau tau Nak
disaat  aku berkata sudah larur, tidur dan bermimpilah
disana aku telah menyelipkan do'a  diantara kata itu

Minggu, 30 November 2014

untukmu Bunda

Bunda

Engkau hawa yang berulang alik
antara safa dan marwa
mendaki kegelisahan akan hausnya
khabar baik
perintah dari-Nya kepada baginda
untuk menguji kita Ibu dan anak
dihamparan pasir yang luas
sesekali ditiup angin
hingga perihnya mata saat dibuka

Tapi disini
aku bukan Ismail
yang berdiam tidur di atas tanah
melainkan aku adalah
kekuatan yang dirim oleh-Nya
untuk mengganti air matamu
menjadi sebuah kurma

puisi

Sang Pencari Jawaban

Hati yang lama membingkai rindu
kembali berharap temukan kata
"cinta"
yang pernah terucap dipantai ini

Kisah usang yang sulit terlupa
seakan semuanya memeluk duka
mengingat cerita asmara terindah
dipanggung ini

Namun tak lagi kudengarkan
nyanyian ombak menghempas
kerasnya karang hati
hanya bisa meludahi wajah penuh murka
dipinggir samudra cinta

mengapa
mengapa kau merenggutnya disisiku
yang tak lelah menemaniku
melihat burung camar meliuk terbang diatasmu

mengapa
mengapa kau membandingkan kilauan pasirmu
dengan setetes air bening disudut mataku
yang menyimpan sejuta impian bersamanya

mengapa
kau selalu membisu atas pertanyaan dariku
sedangkan senja  telah lama berlalu
dan purnama begitu angkuh
bertahta dilangitmu

haruskah ku kayuh biduk yang lapuk
untuk arungi duka yang menghimpit
mungkinku temukan itu
dari sesosok putri ditengah sana

Selasa, 19 Juni 2012

renungan dua mata uang


Uang Rp 1000 & Rp100.000 sama2 terbuat dr kertas, sama2 dicetak & diedarkan oleh BI. Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar dimasyarakat.

4 bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja didlm dompet seorang pemuda. Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah percakapan. Yg Rp 100.000 bertanya kpd Rp 1.000, "Knp badan km begitu lusuk, kotor dan bau amis?" Rp. 1.000 menjawab, "Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang2 bawahan dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis" Lalu Rp.1000. Bertanya balik kpd Rp 100.000, "Knp km kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?" Dijawabnya, "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik, & beredarnya pun di restoran mahal, di mall & jg hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dari dompet"

Lalu Rp 1000 bertanya lg, "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?" Dijawablah, "Belum pernah" Rp 1000 pun berkata lg, "Ketahuilah walaupun aku hanya Rp 1.000, tetapi aku selalu mampir di rumah TUHAN dan ditangan anak2 yatim, bahkan aku selalu bersyukur kpd TUHAN. Aku tdk dipandang bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat"

Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tetapi tdk begitu bermanfaat selama ini. Jd bukan seberapa besar penghasilan kita, tetapi seberapa bermanfaat penghasilannya dipakai utk memuliakan TUHAN dan sebagai Channel of blessing bagi orang yg tdk mampu. Karena kekayaan bukanlah utk kesombongan!!