Minggu, 30 November 2014

untukmu Bunda

Bunda

Engkau hawa yang berulang alik
antara safa dan marwa
mendaki kegelisahan akan hausnya
khabar baik
perintah dari-Nya kepada baginda
untuk menguji kita Ibu dan anak
dihamparan pasir yang luas
sesekali ditiup angin
hingga perihnya mata saat dibuka

Tapi disini
aku bukan Ismail
yang berdiam tidur di atas tanah
melainkan aku adalah
kekuatan yang dirim oleh-Nya
untuk mengganti air matamu
menjadi sebuah kurma

puisi

Sang Pencari Jawaban

Hati yang lama membingkai rindu
kembali berharap temukan kata
"cinta"
yang pernah terucap dipantai ini

Kisah usang yang sulit terlupa
seakan semuanya memeluk duka
mengingat cerita asmara terindah
dipanggung ini

Namun tak lagi kudengarkan
nyanyian ombak menghempas
kerasnya karang hati
hanya bisa meludahi wajah penuh murka
dipinggir samudra cinta

mengapa
mengapa kau merenggutnya disisiku
yang tak lelah menemaniku
melihat burung camar meliuk terbang diatasmu

mengapa
mengapa kau membandingkan kilauan pasirmu
dengan setetes air bening disudut mataku
yang menyimpan sejuta impian bersamanya

mengapa
kau selalu membisu atas pertanyaan dariku
sedangkan senja  telah lama berlalu
dan purnama begitu angkuh
bertahta dilangitmu

haruskah ku kayuh biduk yang lapuk
untuk arungi duka yang menghimpit
mungkinku temukan itu
dari sesosok putri ditengah sana